NarasiTimur
Beranda Opini Dari Kedaton Menuju Baitullah: Menghidupkan Tradisi, Mengantar Harapan

Dari Kedaton Menuju Baitullah: Menghidupkan Tradisi, Mengantar Harapan

Pelepasan ratusan calon jemaah haji asal Ternate di Pendopo Kedaton Kesultanan Ternate (Angga/narasitimur)

Penulis: Ridha Angga Kadir

PAGI itu, langit tampak cerah dan cuaca di Kota Ternate begitu bersahabat. Hari ini, tepatnya Senin 5 Mei 2025 atau 7 Zulkaidah 1446 Hijriah, pendopo Kedaton Kesultanan, ramai dengan rombongan ratusan calon jemaah haji.

Di tempat ini, kurang lebih sebanyak 265 tamu Allah yang dilepas oleh Wali Kota Ternate, M. Tauhid Soleman dan Jogugu Kesultanan Ternate, Mahmud Zulkiram menuju Tanah Suci Makkah, Arab Saudi.

Dalam balutan pakaian serba putih, para calon jemaah haji ini, begitu khidmat mengikuti prosesi pelepasan tersebut. Doa-doa yang dilantunkan Jo Kalem, ustaz Hidayatulsalam, seketika membuat suasana di pendopo terasa begitu khusyuk. Tempat berlangsungnya kegiatan rohani itu di foris lamo. Terasa begitu hening, bahkan suara handphone pun tak terdengar sama sekali.

Pelepasan calon jemaah haji dari Kedaton Kesultanan Ternate merupakan kali pertama dalam sejarah keberangkatan musim haji di Ternate. Kolaborasi antara pemerintah kota, kemenag dan pihak kesultanan ini pula, diharapkan mendapatkan keberkahan selama perjalanan ibadah haji.

Di sisi lain, kedaton bukan sekedar simbol adat melainkan ruang spiritual tempat wasilah, pengantar doa dan harapan bagi para calon jemaah haji menuju Baitullah.

Berangkat dari tempat ini pula, bisa menjadi pengingat akan akar spiritual dan budaya yang telah lama tertanam di sanubari masyarakat adat. Jika dahulu kala, para calon jemaah haji hanya mendatangi kedaton secara per orangan untuk meminta dan memohon restu kepada Sultan Ternate, kini pintu kedaton terbuka lebar bagi siapa saja. Entah itu mereka yang hendak melakukan tugas kerja di luar Ternate ataupun beribadah dengan waktu yang lama.

“Orang tua-tua dulu sebelum berangkat ke Tanah Suci, selalu datang ke kesultanan. Doa tetap kepada Allah, tapi tempat ini jadi wasilah,” tutur Jogugu Kesultanan Ternate, Mahmud Zulkiram.

Dalam prosesi tersebut, para jemaah juga diberikan air yang diambil dari Ake Santosa. Air yang bersumber dari mata air di area kedaton, di mana air tersebut diyakini membawa keberkahan dan keselamatan. Ake Santosa ini menjadi bagian dari ritual spiritual yang telah turun-temurun dijaga oleh masyarakat Ternate, khususnya masyarakat adat.

“Ini dikembalikan kepada keyakinan masing-masing, tapi harapannya membawa manfaat, kesehatan, dan keselamatan selama menjalani ibadah,” ujar Mahmud.

“Beberapa waktu lalu, para prajurit dan aparat kepolisian yang hendak bertugas ke Papua juga dilepas secara adat, di kedaton oleh yang mulia Sultan Ternate,” tambah Jogugu.

Kembali ke kedaton, Ternate tak hanya melepas jemaahnya ke Tanah Suci, tapi juga mengikatkan mereka pada akar sejarah dan doa-doa yang telah lama terlantun di dinding foris lamo.

Ini sejarah di era modern. Ternate bukan sekadar melepas calon jemaah haji, melainkan tengah merawat ingatan dan menghidupkan kembali sesuatu yang sakral. Bahwa perjalanan suci, selalu dimulai dengan doa dan restu dari tanah kelahiran. (*)

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan