NarasiTimur
Beranda Opini Investasi Politik Tauhid Soleman di Ternate Dinilai Rendah

Investasi Politik Tauhid Soleman di Ternate Dinilai Rendah

Muammil Abdurrahman Sunan (Istimewa/narasitimur)

Oleh: Muammil Abdurrahman Sunan, Akademisi Unkhair Ternate

Dalam proses Pemilihan kepala daerah (Pilkada) tentunya tidak bisa hanya dilihat dari banyaknya dukungan partai politik, tetapi tergantung juga pada strategi politik yang dijalankan.

Walaupun incumbent atau petahana sekalipun, jika tidak mampu membangun relasi politik sejak awal, dengan berbagai organisasi maupun masyarakat selama berkuasa, pastinya investasi politiknya sangat kecil.

Hal ini disebabkan investasi politik merupakan faktor penting dalam mengatur strategi politik. Jika kita memaknai kata investasi sebagai kegiatan penanaman modal, dengan target memperoleh keuntungan dimasa depan, maka investasi politik tentunya membangun relasi dan kepercayaan publik, sehingga bisa memperoleh keuntungan di masa depan yakni perolehan suara dari masyarakat.

Tidak maksimalnya capaian visi misi M. Tauhid Soleman, menurunkan kepercayaan publik kepada pemerintahan Kota Ternate.

Permasalahan sampah dan air bersih serta program Faduli BaHiM, yang menjadi program prioritas M. Tauhid Soleman terbukti tidak mampu diwujudkan. Hal inilah kemudian menjadi dasar menurunnya kepercayaan publik.

Visi misi dan program prioritas merupakan janji-janji politik kepada masyarakat, yang harusnya bisa diwujudkan oleh Pemerintah Kota Ternate di bawah kepemimpinan M. Tauhid Soleman.

Nyatanya, di masa kepemimpinan Tauhid, visi misi itu hanya berjalan di tempat. Padahal itu bisa menentukan nilai investasi politik yang ditanamkan oleh publik kepada pemerintah. Namun, berjalannya roda pemerintahan hingga di akhir kepemimpinannya, tidak ada dampak signifikan dari visi misi terhadap nilai investasi politik.

Apalagi sebelumnya PKB yang pernah menjadi partai pendukung kemenangan M. Tauhid Soleman, nyatanya terjadi konflik pada permulaan jalannya roda pemerintahan. Pastinya ini memberikan dampak negatif bagi investasi politik saat ini.

Menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, membuat saham politik diawal pemerintahan sudah anjlok, sehingga berdampak pada nilai investasi politik.

Jika kita mengklaim bahwa incumbent masih sangat kuat, seberapa besar investasi politik yang sudah dibangun melalui relasi politik, dengan berbagai organisasi maupun masyarakat melalui kebijakan-kebijakan pembangunan daerah yang tertuang dalam visi misi.

Kita semua tahu, bahwa fakta seperti di Kabupaten Halmahera Barat (Halbar) dan Kepulauan Sula, ternyata incumbent kalah telak dengan lawannya dalam Pilkada. Hal tersebut menjadi bukti nyata, bahwa dukungan partai politik bukan jaminan bahwa incumbent sangat kuat. (*)

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan