Hujan Deras, BPBD dan Tim PRB Ternate Telusuri Fenomena Land Subsidence di Dufa-Dufa

Narasitimur – Sumur tua di Kelurahan Dufa-Dufa, Ternate Utara, dengan kedalaman 2 meter, ambruk lantaran hujan deras yang terjadi pada Minggu (15/12/2024).
Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD bersama Forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Kota Ternate, yang mendapat informasi tersebut langsung turun dan melakukan pemetaan pada titik lokasi banjir.
Ketua Forum PRB Kota Ternate, Deddy Arif mengatakan tim menemukan berbagai titik lokasi bencana selama pemetaan, termasuk fenomena unik berupa land subsidence di RT 05 Kelurahan Dufa-Dufa.
“Di lokasi tersebut, sumur yang sebelumnya ada tiba-tiba mengalami anjlok secara vertikal. Berbeda dengan longsor yang biasanya disebabkan oleh kemiringan lereng, kejadian ini menunjukkan hilangnya beban di tanah sehingga membentuk kubangan lingkaran besar,” jelas Deddy.
Dari data sebelumnya, Deddy menyebutkan sumur itu berada pada jalur sungai yang tersusun material debris vulkanik di masa lalu. Hal ini juga diakui oleh pemilik rumah yang kini menghuni lokasi tersebut.
“Saya melihat lapisan sungai yang anjlok mencapai kedalaman 25 meter dengan lebar sekitar 4 meter. Sebelumnya, diameter sumur hanya sekitar 2 meter, dan kami menemukan material sungai berupa layer endapan material vulkanik di lokasi itu,” tambahnya.
Deddy menekankan pentingnya menjaga pola ruang agar tidak diganggu, mengingat bukti bahwa area tersebut dibangun di zona yang tidak tepat, tetapi di zaman dulu areal ini aman karena belum sepadat hari ini. Ia berharap kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.
Ia juga menyoroti temuan serupa di Ngade Sone, di mana pemukiman dibangun di atas badan sungai.
“Ini menjadi peringatan bagi kita semua. Edukasi kepada masyarakat yang sudah bermukim di lokasi seperti ini harus ditingkatkan agar mereka memahami mitigasi bencana yang tepat,” ujarnya.
Setelah menyelesaikan pemetaan di Ngade Sone dan Dufa-Dufa, tim melanjutkan ke Akehuda untuk menentukan zona secara lebih rinci. Berharap, ketika ada peringatan cuaca ekstrem, Pemerintah Kota Ternate melalui BPBD dapat segera mengintervensi daerah yang berisiko tinggi.
“Pemetaan ini mencakup lokasi banjir, kondisi geologi, hingga perubahan lanskap yang terjadi. Hasilnya akan kami serahkan ke BPBD untuk diseminasi sebagai bahan masukan bagi semua pihak terkait penanganan bencana,” kata Deddy.
Ia juga menyatakan bahwa diseminasi tersebut berharap akan dilanjutkan dengan penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP), guna mengatur dan mengelola pemukiman di zona rawan bencana melalui edukasi dan mitigasi yang lebih baik di masa depan.
“Ini harus menjadi upaya bersama, untuk menangani persoalan bencana secara komprehensif,” tukas Deddy. (*)